Rabu, 21 Mei 2008

SUPOMO Benar, Saya Representasi Etnik Makassar

Wawancara Supomo Guntur
TANPA baliho maupun spanduk, Sekkot Makassar Supomo Guntur ditetapkan menjadi pendamping Ketua DPD II Golkar Makassar Ilham Arief Sirajuddin di Pilkada Makassar, 29 Oktober mendatang.
Supomo menyisihkan Iriantosyah Kasim (mantan Kadis Praswil Sulsel), Busrah Abdullah (Ketua DPD PAN Makassar), maupun Bahar Ngitung (Ketua Kadin Makassar).
Duo berjuluk IASMO ini akan menggelar deklarasi hari ini bertepatan dengan momen satu abad Hari Kebangkitan Nasional, 21 Mei. Sebelum deklarasi, kedua paket ini sowan ke sejumlah tokoh Sulsel. Master Campaign IASMO, Syamsul Bachri Sirajuddin, menyatakan sudah bertemu Wapres Jusuf Kalla terkait deklarasi paket ini, pekan lalu. Berikut petikan wawancara Tribun dengan Supomo sesaat setelah membuka Turnamen Wali Kota Cup di Panaikang, Makassar, Selasa (20/5) :

Awal komunikasi dengan Ilham?
(Diam sejenak), prosesnya tergolong singkat. Kira-kira dua bulan lalu, beliau (Ilham) menyatakan kemungkinan dirinya mengambil saya sebagai pasangan. Namun saat itu beliau sampaikan masih ada beberapa persyaratan. Misalnya hasil survei dan keinginan mayoritas kader partai (Golkar).

Kapan disampaikan resmi?
Kira-kira dua minggu lalu setelah konvensi Golkar. Beliau menyampaikan langsung ke saya, seluruh persyaratan yang pernah disampaikan Alhamdulillah ada pada saya.

Anda belum pasang atribut pilkada?
Insyaallah, setelah deklarasi besok (hari ini). Tim mulai memasang atribut di tempat terbuka. Langkah awal sosialisasi, ya bertemu dengan tokoh masyarakat. Kemarin malam bertemu Pak Gub (Syahrul). Sore harinya mohon doa restu ke Pak Wawali (Herry Iskandar).

Komentar Anda soal figur yang pernah merapat ke Ilham?
Saya tak ada masalah dengan mereka. Sebenarnya saya tidak pernah berpikir soal orang lain, saya hanya fokus ke depan, bagaimana bersaing secara demokratis dengan kandidat lain. Pilkada adalah pembelajaran politik yang efektif bagi masyarakat.

Anda diidentikkan sebagai calon yang merepresentasikan etnik Makassar?
Mungkin pencitraan itu ada benarnya. Tapi saya juga tidak membatasi diri berinteraksi dengan kelompok lainnya. Saya beberapa kali jadi camat di Kota Makassar. Saya harus membuka komunikasi dengan siapa saja tanpa memandang latar belakangnya. Pemimpin itu harus menganyomi seluruh golongan. Saya dan Pak Wali sudah membuktikannya selama memegang amanah di pemkot.

Tidak ada komentar: